Assalaamualaikum akhi/ukhti fillah ......

Selamat datang di blog imacantik ....

assalaamualaikum

Selasa, 21 Mei 2013


Bumbu-Bumbu Ukhuwah Islamiyyah
Hafizhah Dzikra
Sembari mengenang serpihan-serpihan cerita yang melengkapi bumbu kehidupanku. Kisah awal tarbiyah di hidupku merupakan untaian-untaian gelora ukhuwah yang tak pernah padam. Kalau bukan karena ukhuwah, tak akan mungkin aku bisa menggapai perubahan itu. Kalau bukan karena ukhuwah, tentu sampai detik ini tak akan ada yang mempedulikanku. Sekali lagi, kalau bukan ukhuwah Islamiyyah, tentunya aku tidak berada dalam barisan panjang di sejarah dakwah ini. Karena ukhuwah Islamiyyah-lah Allah membuka hidayah kepadaku sehingga aku bisa tarbiyah (di baca: pembinaan secara berkelanjutan).
Masa lalu!
Tak ada orang yang ingin kembali ke masa lalu, apalagi jika masa lalunya itu kelam melintang hidup tanpa tahu tujuan ke depan. Namun, harapan-lah yang menyulam kepingan-kepingan impian sehingga itulah yang memotivasi mengapa banyak insan selalu bergerak dan terus bergerak mempertahankan kehidupan. Di sanalah terciptanya sebuah peradaban.
Jika di suruh menceritakan masalalu, aku seringkali kebingungan. Apa yang ingin ku ceritakan? Masalaluku biasa-biasa saja. Mulai dari SD, SMP dan lanjut ke SMA. Tak ada sesuatu yang menghebohkan seperti teman-temanku yang mempunyai kebanggaan tersendiri ketika masih berstatus pelajar. Ada yang mampu meraih prestasi-prestasi yang mengharumkan nama sekolah dan kota dimana dia bernaung. Tetapi diriku? Hanya berkutat pada prestasi pribadi. Ya! Menjadi juara umum dari tahun ke tahun, bagiku itu sudah cukup membanggakan sebagai pelajar. Begitulah pikiranku saat itu. Baru juara umum saja aku sudah sombong dan angkuh. Tetapi, walaupun begitu, justru aku muak menyusun piala demi piala di rumahku sendiri. Aku merasa tidak nyaman. Jadi, jangan heran jika bertandang kerumah tidak menemukan piala. Bahkan dosis kemuakan yang kurasakan paling memuncak saat itu, ketika aku sedang semangatnya mengurusi urusan pribadiku, untuk mengikuti PBUD di Universitas Riau. Secara adminitrasi aku lulus (dengan lampiran nilai raportku), namun di lain hal aku juga tidak mengerti mengapa aku bisa tidak lulus?
Karena hal itulah aku sempat trauma. Sangat-sangat trauma. Karena aku merasa, percuma aku meraih prestasi gemilang ketika di Sekolah. Selalu menjadi pemuncak. Tetapi, di Universitas selevel UNRI saja aku tidak lulus? Hati ini tidak menerima ketidaklulusan ini. Maka dari itu, ketika ada kesempatan SNMPTN-2009, tidak ada lagi semangat untuk mengikutinya. Aku abaikan kesempatan itu. Aku daftar di Al-Azhar komputer (Sukajadi) jurusan Akuntansi komputer. Belum genap setahun, tawaran kerja datang padaku. Aku tentunya menerima tawaran itu. Padahal saat itu bertepatan dengan SNMPTN 2010. Aku melepaskan kesempatan keduaku. Inilah aku! Admin di kantor CV NILAM SARI!
Keangkuhanku menjelma lagi. Batinku berkata, hmmm ternyata aku hebat! Tanpa perlu susah-susah kuliah, aku bisa kok mendapatkan kerja yang bergengsi. (untuk mencapai sebagai admin si suatu kantor, biasanya memerlukan ijazah S1, seperti rekan kerjaku, mbak Laila). Bahkan rekan kerjaku iri kalau gajiku dengan gajinya di setarakan. Walaupun atasanku mengatakan, gaji tidak mesti melihat background ijazah, tetapi melihat ketekunan dan kedisiplinan dalam bekerja. Aku dan rekan kerjaku sungguh berbeda. Aku yang selalu datang tercepat dan pulang terlama, sedangkan rekanku datangnya lama dan pulangnya cepat, padahal gaji dia lebih besar padaku. Tugas kami sama! Sama-sama mengurus utang piutang perusahaan.
Ternyata? Allah yang berkuasa membolak-balikkan hati ini! Entah mengapa tiba-tiba aku yang super semangat dan professional dalam pekerjaan merasakan kejenuhan. Aku sering menyalahkan atasan (bos). Aku membenci tugas-tugas lembur. Aku selalu kepingin enjoy. Meminta gaji besar namun malas di kasih tambahan kerja (lembur). Capek jika dokumen turun, apalagi rekan kerjaku sudah berhenti otomatis aku yang mengelola sendiri. Sehingga, kejenuhan dan tekanan karena tugas-tugas pekerjaan itulah keputusan untuk berhenti bekerja semakin menggebu-gebu. Setelah lebaran aku menganggur.
Segenggam hidayah dari dunia maya!
Ketika itu aku hanya berniat menemani sahabatku mencari pekerjaan. Sedangkan aku belum ada niat untuk mencari kerja lagi. Aku masih jenuh. Sebagai sahabat yang baik, tentunya kita membantunya dalam mencari kerja, apalagi aku ahli dalam mencari-cari info lowongan kerja. Aku mendapatkan info bahwa setiap selesai lebaran di Mall Giant (dekat rumahku) selalu membuka lowongan karyawan. Aku tidak tertarik kerja sebagai SPG! Mungkin aku jenuh kerjanya hanya tegak-tegak seperti itu, lagipula aku malas kerja di tempat keramaian. Aku juga gengsi jika teman-temanku tau aku jadi SPG! Sebagai seorang sahabat, ku bantu dia dalam menulis surat lamaran kerja. Aku temani dia nge-print ke warnet sebrang Giant (4 you net, di samping AbQary travel).
Operatornya bertanya kepadaku, “Mau nyari kerja ya?” aku Jawab, Yup! Tapi temanku yang nyari kerja. Operatornya menjelaskan bahwa di Warnet itu membutuhkan operator cewek yang cantik dan ramah. Wah! Aku merasa tertarik. Aku tulis lamaran kerja (sebagai simbolis saja. Toh ternyata tak di baca juga oleh pemiliknya. Yang terpenting adalah interview di awal). Akhirnya keesokan harinya aku bekerja di warnet. Yang namanya kerja di warnet tentu kita bisa puas-puasin online lama-lama di dunia maya.
Aku percaya ini bukan kebetulan! Aku yakin, Allah ingin menyapaku melalui pemuda itu. Seorang mahasiswa teknik di Padang (saat ini, 2012 ini dia sudah lanjutkan S2 di ITB Bandung). Dari beliau lah aku bisa berkenalan dengan kak Delfa (KAPUT ukmi Ar-Royan Unri 2010). Tak perlu aku ceritakan perihal chattingan dan isinya. Tak perlu juga ku sebutkan siapa pemuda itu. Untuk menjaga dirinya dari sifat sombong, aku tak akan mendiskripsikan tentang siapa dia. Jujur, sampai saat ini aku belum pernah bertemu dengan beliau.
Ketika hidayah menyapa dan merangkulku
Setiap mengingat kisah awal Tarbiyah! Aku selalu ingin menangis. Tak pernah terbayang olehku, bagaimana nantinya kehidupanku jika abang itu tidak menyapaku di dunia maya (baca : facebook). Aku juga tidak tahu, bagaimana nasibku sekarang ini, jika Allah tidak merangkulku melalui beliau. Ingin rasanya aku kesana, ketempat abang itu hanya untuk mengucapkan terima kasih. Tetapi, apalah daya anganku tak kesampaian. Rasa syukurku hanya mampu ku ungkapkan dengan melaksanakan nasihat-nasihat yang diberikan abang itu. Kami tidak ada hubungan darah, suku, keluarga, ataupun satu kampung. Kami berbeda. Aku dari Sumbar, beliau dari Riau. Ukhuwah Islamiyah inilah yang menjadi penyebabnya, mengapa abang itu mau mengenalkanku dengan seorang akhwat cantik dan sholiha.
Sungguh terekam amat jelas di ingatanku ketika pertemuan pertama dengan kak Delfa. Dengan jilbab birunya yang berkibar dan motor yang dia pinjam, dia luangkan waktunya hanya untuk bertemu denganku. Saat itu, aku memakai baju kemeja pas pas badan dan selendang coklat di lilit. Di jembatan dekat stadion mini itulah kami bercengkrama. Mendekati waktu maghrib, terpaksa kami menghentikan pembicaraan. Kak Delfa mengantarkanku hingga sampai rumah. Kalau boleh jujur, beliau merupakan satu-satunya kakakku sekaligus murobiahku yang sudi bertandang kerumahku.
Halaqoh pertamaku sungguh asing. Aku saja merasakan merinding. Suasana seram yang kurasakan karena teman-teman satu halaqohku memakai baju-baju besar dan jilbab besar semua. Sedangkan aku?? Aku tidak punya! Hikss :`(
Rihlah pertamaku juga begitu! Pertanyaanku yang menurut mereka aneh, tak sengaja keluar. Kutanya, Kak, boleh pakek celana gak? Dengan santai dan senyuman kak Delfa menjawab. Boleh dek. Tapi, lapisi dengan rok ya! Lapisi dengan rok? Itu mah sama aja dengan makek rok. Gitu batinku menggerutu. Aku memang tomboy! Aku tidak terbiasa memakai rok, yang menurutku sangat ribet. Gak bebas kalau melangkah. Akhirnya aku memaksa diri untuk membiasakan memakai celana di lapisi rok. Alhamdulillah sampai sekarang aku telah terbiasa. Cuman aku belum bisa mengubah cara jalanku yang terkesan terburu-buru seperti jalannya laki-laki. Tak terhitung lagi entah sudah berapa rok yang robek karena keaktivan langkahku. Aku tidak peduli. Robek kan bisa di beli yang baru.
.........
kalau mau membaca tulisan ini selengkapnya, silakan pesan bukunya
Untuk Pemesanan Bisa Menghubungi
Fikri: 085278652851
Ema: 085365100824
Icil: 085265999720
Atau mendatangi agenda-agenda Fkii dan Rohis-Rohis Fakultas .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ima cantik